Minimarket di Korea Selatan: Solusi Mengatasi Kesepian Warga?

Dunia modern dengan segala kemajuannya, ironisnya, juga menghadirkan tantangan tersendiri: kesepian. Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan, banyak individu yang merasa terisolasi dan kehilangan koneksi sosial. Fenomena ini semakin terasa di Korea Selatan, di mana perubahan demografis dan tekanan sosial berkontribusi pada peningkatan angka kesepian. Sebagai respons terhadap masalah ini, sebuah gerakan unik muncul di Seoul: pendirian "minimarket penuh kasih sayang", sebuah inisiatif yang bertujuan memberikan ruang aman dan nyaman bagi mereka yang merasa kesepian.
Hee-kyung, seorang wanita berusia 29 tahun, adalah salah satu dari mereka yang merasakan manfaat dari layanan ini. Ia merasa seperti menemukan oase di tengah gurun kehidupan yang sepi, di mana ia bisa bersosialisasi dan merasa diterima. Minimarket ini bukan hanya tempat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial yang menawarkan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Fenomena Kesepian di Korea Selatan: Sebuah Krisis Sosial
Korea Selatan telah mengalami transformasi sosial yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan ini, termasuk urbanisasi yang cepat, perubahan struktur keluarga, dan tekanan kompetisi yang tinggi, telah menciptakan lingkungan yang rentan terhadap kesepian. Sebuah studi tahun 2022 mengungkap bahwa sekitar 130.000 anak muda berusia 19-39 tahun di Seoul mengalami isolasi sosial atau mengurung diri. Angka ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam prevalensi kesepian di kalangan generasi muda.
Selain itu, proporsi rumah tangga beranggotakan satu orang di Seoul telah mencapai hampir 40%. Hal ini mengindikasikan perubahan mendasar dalam struktur keluarga, di mana semakin banyak orang yang hidup sendiri. Pemerintah Korea Selatan merasa khawatir dengan tren ini, terutama karena dampaknya terhadap angka kelahiran dan pernikahan yang terus menurun. Berbagai faktor seperti biaya hidup yang tinggi, tekanan pekerjaan, dan kurangnya dukungan sosial berkontribusi pada penurunan angka kelahiran dan pernikahan.
Distrik Dongdaemun: Contoh Nyata Perjuangan Melawan Kesepian
Di Distrik Dongdaemun, Seoul, sebuah minimarket menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah berupaya mengatasi masalah kesepian. Minimarket ini, seperti yang lain, dirancang untuk menjadi tempat yang ramah dan inklusif bagi semua orang. BBC telah mengunjungi salah satu minimarket yang ada di wilayah ini. Di sana, belasan pengunjung dari berbagai usia berkumpul untuk menonton film bersama, mengobrol, dan berbagi pengalaman.
Baca Juga: Tes Genetik Guncang Dunia Atletik: Kehebohan Jelang Kejuaraan Dunia Tokyo
Kim Se-heon, manajer Divisi Penanggulangan Kesepian Kota, menjelaskan bahwa hari film diadakan untuk mendorong ikatan sosial yang lebih erat. Selain itu, minimarket ini menawarkan fasilitas seperti kursi pijat otomatis dan mie instan gratis, menciptakan suasana yang nyaman dan mengundang. Bahkan, pengunjung juga diminta untuk mengisi survei singkat tentang suasana hati dan kondisi hidup mereka. Hal ini bertujuan untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh para pengunjung. Dengan demikian, pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih tepat sasaran, contohnya dalam hal penyediaan konseling atau layanan kesehatan mental.
Baca Juga: PM Prancis Ancam Bongkar Politisi 'Nakal': Utang Negara Jadi Ancaman!
Minimarket Penuh Kasih Sayang: Lebih dari Sekadar Tempat Belanja
Minimarket "penuh kasih sayang" ini tidak hanya menawarkan ruang fisik, tetapi juga berbagai layanan pendukung. Toko-toko ini didirikan khusus untuk menyambut mereka yang merasa tidak diterima di tempat lain, seperti yang dijelaskan oleh Manajer Toko Lee Bo-hyun. Selain menyediakan ruang dan film, mereka juga menawarkan fasilitas seperti pendingin udara selama bulan-bulan panas terik bagi warga berpenghasilan rendah yang tidak mampu membeli AC di rumah. Pendekatan holistik ini mencerminkan pemahaman bahwa kesepian adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi multi-dimensional.
Minimarket ini juga berfungsi sebagai ruang aman di mana orang-orang dapat mencari bantuan tanpa merasa malu atau dihakimi. Pemilihan nama "minimarket" adalah upaya untuk menjauhkan mereka dari stigma yang terkait dengan klinik kejiwaan, yang masih menjadi masalah di Korea Selatan. Dengan menawarkan lingkungan yang bersahabat, minimarket ini membantu mengurangi hambatan bagi orang-orang yang membutuhkan dukungan kesehatan mental. Diperkirakan, sekitar 70 hingga 80 pengunjung datang ke minimarket setiap harinya, sebuah indikasi nyata akan besarnya kebutuhan masyarakat akan ruang sosial yang aman.
Kisah Nyata: Sohn dan Hee-kyung
Sohn, seorang pria berusia 68 tahun, adalah salah satu pelanggan setia minimarket ini. Ia mengunjungi toko tersebut setiap minggu untuk menonton film dan melepaskan diri sejenak dari rumahnya yang sempit. Selama lebih dari lima dekade, Sohn mengurus ibunya yang menderita aneurisma otak, yang membuatnya tidak pernah menikah atau memiliki anak. Sekarang, tanpa uang dan berjalan dengan tongkat sejak mengalami pendarahan otak beberapa tahun lalu, Sohn merasa minimarket ini adalah satu-satunya tempat yang bisa ia tuju. Ia mengakui bahwa tempat-tempat lain membutuhkan biaya, bahkan pergi ke bioskop pun memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Baca Juga: Adik di Jakarta Utara Aniaya Kakak Kandung dengan Palu Kapak: Sengketa Warisan Jadi Pemicu
Hee-kyung, yang berusia 29 tahun, adalah contoh lain dari mereka yang mencari kenyamanan di minimarket. Ia kabur dari rumah dan memutuskan kontak dengan keluarganya. Ia menghabiskan waktu sendirian menonton video hewan lucu di ponselnya. Tanpa teman di dunia nyata dan menganggur, ia menemukan komunitas melalui minimarket. Hee-kyung adalah satu dari 20.000 orang yang telah mengunjungi empat minimarket khusus ini sejak dibuka pada Maret. Kota Seoul awalnya memperkirakan hanya 5.000 pengunjung pada tahun pertama. Kisah Sohn dan Hee-kyung menggambarkan bagaimana minimarket ini memberikan dampak signifikan pada kehidupan mereka.
Respons Pemerintah dan Masa Depan
Pemerintah Korea Selatan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah kesepian. Langkah pertama adalah dengan membuka layanan hotline bagi mereka yang membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Survei nasional pada tahun 2023 menemukan bahwa sepertiga dari orang dewasa Korea tidak memiliki siapa pun untuk dimintai bantuan dalam urusan rumah tangga atau diajak bicara saat merasa sedih. Konselor menawarkan panggilan selama 40 menit untuk membahas topik apa pun.
Langkah-langkah ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya intervensi dini dan dukungan berkelanjutan. Misi untuk menangani kesepian juga diperluas, bukan hanya di Seoul, tetapi di seluruh Korea Selatan. Hal ini sejalan dengan tren global di mana negara-negara lain seperti Inggris dan Jepang juga telah mengambil langkah serupa untuk mengatasi masalah kesepian, misalnya dengan pendirian lembaga khusus. Fenomena hikikomori, yaitu menarik diri dari masyarakat, juga makin marak di Korea Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa kesepian adalah masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multidisiplin.
Kesimpulan: Minimarket "penuh kasih sayang" di Korea Selatan adalah contoh inovatif bagaimana komunitas dapat berperan dalam mengatasi masalah kesepian. Dengan menyediakan ruang aman, layanan pendukung, dan kesempatan untuk berinteraksi, minimarket ini memberikan harapan bagi mereka yang merasa terisolasi. Inisiatif ini juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Diharapkan, upaya-upaya ini dapat membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap kebutuhan warganya. Menurut laporan dari berbagai sumber, intervensi sosial dan program komunitas terbukti efektif dalam mengurangi isolasi sosial. (Sumber: Jurnal Kesehatan Masyarakat, Tahun 2023)


