Asta Cita: Mungkinkah Keberlanjutan Jadi Prioritas Utama Indonesia?

Visi besar Indonesia untuk tahun 2045, bertepatan dengan satu abad kemerdekaan, adalah mewujudkan cita-cita Indonesia Emas. Momentum ini menjadi landasan krusial bagi pemerintah dalam mengarahkan pembangunan, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yang berfokus pada pencapaian Indonesia sebagai negara nusantara yang berdaulat, maju, dan pastinya berkelanjutan.
Sebagai strategi sentral untuk mencapai tujuan ini, pemerintahan Prabowo-Gibran melalui Asta Cita, telah menggulirkan sejumlah program prioritas. Fokus utama adalah memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui berbagai sektor strategis, antara lain swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru, yang kesemuanya dirancang untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi kemajuan Indonesia.
Kilas Balik Kebijakan Awal: Stimulus Ekonomi dan Swasembada Pangan
Pada awal tahun 2025, pemerintah telah mengimplementasikan 15 paket stimulus ekonomi, seperti yang dilaporkan oleh laman resmi pemerintah. Langkah-langkah ini mencakup kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5 persen, penghapusan utang macet Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta perpanjangan penyimpanan devisa hasil ekspor di dalam negeri, menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung stabilitas ekonomi.
Di samping itu, untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah juga menggelar program belanja murah seperti Harbolnas, BINA, dan EPIC Sale. Dalam upaya mencapai swasembada pangan, pemerintah menargetkan pencetakan sawah baru seluas tiga juta hektare dalam kurun waktu lima tahun ke depan, yang mencerminkan keseriusan dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan.
Mencetak Sawah dan Modernisasi Pertanian
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menargetkan pencetakan 750 ribu hektare sawah per tahun mulai tahun 2025 hingga 2027. Hal ini akan didukung oleh penerapan teknologi modern dalam sektor pertanian guna meningkatkan produktivitas, yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat.
Baca Juga: Usia Minimal Haji Disepakati 13 Tahun: Terobosan Baru Pemerintah dan DPR
Dengan adanya pencetakan lahan pertanian baru, pembangunan lumbung pangan modern, dan penguatan irigasi berkelanjutan, pemerintah bertekad untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tanpa harus bergantung pada impor. Strategi ini diharapkan akan memperkuat kedaulatan pangan dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga global.
Energi Terbarukan dan Komitmen Terhadap Pengurangan Emisi Karbon
Dalam sektor energi, RPJPN 2025-2029 memberikan prioritas pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan pengurangan emisi karbon. Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi karbon hingga 32% pada tahun 2030, sebagai bagian dari komitmen global dalam mengatasi perubahan iklim.
Baca Juga: Pemecatan Noel: Pimpinan DPR Dukung Prabowo, Korupsi Tak Bisa Ditoleransi
Upaya ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang menekankan pentingnya mitigasi perubahan iklim. Pengembangan EBT, seperti tenaga surya, angin, dan air, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menciptakan sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, meskipun pelaksanaannya tentu membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan inovasi teknologi yang berkelanjutan.
Ekonomi Kreatif, Hijau, dan Biru: Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Di samping sektor-sektor fundamental, arah pembangunan juga dipacu melalui pengembangan ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Penguatan UMKM berbasis digital, pemanfaatan potensi seni-budaya, dan hilirisasi industri berbasis teknologi menjadi motor penggerak ekonomi kreatif, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja.
Ekonomi hijau difokuskan pada pembangunan yang ramah lingkungan, dengan menjaga kelestarian hutan dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Sementara itu, ekonomi biru diarahkan untuk mengoptimalkan potensi maritim dan kelautan, termasuk pengembangan perikanan berkelanjutan dan pariwisata bahari, dengan tetap menjaga keberlanjutan ekosistem laut Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Asta Cita: Lebih dari Sekadar Wacana?
Langkah-langkah yang telah diambil menunjukkan bahwa Asta Cita bukan sekadar sebuah wacana, melainkan sebuah agenda nyata yang menyentuh aspek paling vital dalam pembangunan bangsa. Prioritas pada keberlanjutan mengindikasikan bahwa pemerintah serius dalam merancang masa depan Indonesia yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan dan berkeadilan sosial.
Baca Juga: Adik di Jakarta Utara Aniaya Kakak Kandung dengan Palu Kapak: Sengketa Warisan Jadi Pemicu
Komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan ini juga tercermin dalam penyelenggaraan acara #DemiIndonesiaWujudkanAstaCita. Acara yang akan diselenggarakan pada 26 Agustus 2025 di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari menteri Kabinet Merah Putih, komunitas, akademisi, hingga peserta didik. Acara ini akan dikemas dalam dialog interaktif multi-panel yang diharapkan dapat memperluas wawasan dan meningkatkan partisipasi publik dalam mewujudkan cita-cita Asta Cita.
Kesimpulan: Menuju Indonesia yang Berkelanjutan
Rangkaian kegiatan yang direncanakan, termasuk diskusi dan hiburan, bertujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan semangat Asta Cita. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan live streaming "Demi Indonesia Wujudkan Asta Cita" hanya di detikcom dan ambil bagian dalam perjalanan menuju Indonesia yang maju, adil, dan berkelanjutan.
Pencapaian visi Indonesia Emas 2045 sangat bergantung pada sejauh mana keberlanjutan menjadi prinsip utama dalam setiap kebijakan dan program pembangunan. Keberhasilan implementasi Asta Cita akan menjadi penentu apakah Indonesia mampu mewujudkan cita-cita tersebut secara komprehensif, yang tentu membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Penting untuk dicatat bahwa sebagaimana yang ditunjukkan oleh para ahli dari berbagai institusi, keberlanjutan bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga menyangkut aspek ekonomi, sosial, dan tata kelola yang baik, yang kesemuanya saling berkaitan dalam menciptakan pembangunan yang inklusif dan berdaya tahan. Maka, mari kita kawal bersama perjalanan menuju Indonesia yang lebih baik.



